Sunday, February 12, 2017

Pengalaman Potty Training 1, Enggak Instant!

Suatu pagi saya ngobrol ngalur ngidul sama Mbak Bos. Tiba-tiba nyasar ke masalah potty training/toilet training.

Mbak Bos cerita kalau dia pernah ngadain FGD (focus group discussions) antara ibu-ibu yang punya anak 1 dan punya anak lebih dari 1 (baby and toddler). 

Kalau ibu 1 anak masalahnya beragam: anak enggak mau ,menyusu langsung, anak lebih sayang ayahnya, anak enggak mau sama ibunya. 

Maka masalah ibu beranak 2 sama:  Potty Training. Entah apa alasannya. Monggo disimpulkan sendiri. 

Balik ke potty training nya Zedd. Saya jujur enggak sepaham sama cara barat yang 'nunggu anak siap.' Waduh. Buat saya, as far as I can remember, my body already knows how to hold the pee. Enggak kebayang gimana kalau tubuh saya harus belajar buat ngontrol. I hope this makes sense. 

Alasan kedua itu yang bikin saya enggak sepaham sama western style, the means and tips and tricks. Dari alat sejenis pispot yang bisa ngeluarin suara musik, lagu khusus yang dinyanyiin para ibu supaya anaknya mau pipis/poop di toilet, sistem reward yang pakai stiker.

Buat saya aneh banget. Ehm, gimana yah? Your body should know how to hold your pee and to even wake up from your sleep to do it.

Ini beda sama cara makan yang saya lebih suka cara barat, kayak BLW and makan di tempat duduk. Untuk potty training ini, saya ngikutin cara Yang Uti, yaitu:

Ditatur! 

According to Yang Uti, ditatur itu adalah membiasakan si anak buat ke kamar mandi tiap 1-2 jam, bilang berkali-kali “pipis, pipis, cuur, cuur,” terus ditunggu sampai pipis. Lama-lama si anak bakal tahu kalau kamar mandi itu buat pipis and pipis itu harus di kamar mandi. Akhirnya, si anak bakal ngomong kalau mau pipis.

Teorinya sih gampang. Prakteknya…. Masya Allah,, susahnya.
Video-video Youtube yang menceritakan kalau potty training cukup 3 hari, seminggu, atau sebulan. ITU BOHONG!!!

Saya natur Zedd sejak umur setahun. Karena kami kerja waktu weekdays dan kami sering jalan-jalan waktu weekend, saya natur Zedd malam hari sebelum tidur.

Sebulan pertama gagal total. Zedd enggak mau pipis di kamar mandi, walaupun udah dtunggu 5-10 menit. Kesalahan saya adalah, saya enggak rutin ngelakuin ini. Tiap gagal, saya frustasi, terus males natur lagi. Tapi tetep saya tatur walaupun enggak tiap hari.
Ganti strategi, saya coba natur di pagi hari waktu bangun. Ini harus ngeliat mood-nya Zedd, Karena kadang dia bangun seger, kadang bangun bete. Ternyata emang lebih gampang pipis nya. Presentase keberhasilan natur di pagi hari 70-80 persen lebih banyak daripada malam hari.

Baru di bulan kedua, diantara tatur malam dan pagi hari itu, Zedd mulai ngeh kalau ke kamar mandi itu pipis. Dia juga mulai bisa ngomong ‘pipis.’

Apakah masalahnya selesai? Enggak dong…

Zedd pipis pas bangun tidur dan malam sebelum tidur. Tapi popoknya tetap basah. Masalahnya lagi, kayaknya dia mengasosiasikan pipis sama ke kamar mandi…BUAT MAEN.

Pernah suatu waktu, 10 menit setelah pipis malam, Zedd bilang pipis pipis. Dibawa lagi ke kamar mandi, eh malah narik-narik shower. Hhhzzz….

Jadi disinilah saya, Zedd udah bisa pipis di kamar mandi, tapi belum sampai pada tahap dimana dia bakal kebelet. Artinya, pipis di kamar mandi, oke, pipis di popok, oke juga.

Masalah kedua, Zedd enggak mau pipis di atas closet, jadi ini masih pipis di lantai kamar mandi. Saya udah coba beli dudukan toilet tambahan di ITC, tapi dia enggak mau. Mungkin Karena murah, jadi dia enggak nyaman.

Masalah ketiga, Zedd masih belum bisa poop di kamar mandi. Saya coba tatur juga, tapi timingnya enggak pernah tepat.


To be continued…

No comments:

Post a Comment

Tentang Bawa Keluarga ke Belanda dengan beasiswa LPDP

  Udah hampir balik, malah baru update soal berangkat. Hehehehe…. Nasib mamak 2 anak tanpa ART ya gini deh, sok sibuk. But here I am, nulis ...