Friday, April 27, 2018

Update Kitchen Set Apartemen Mini



Ada beberapa blog post saya yang nggantung karena sibuk kerja. Nah, sekarang udah enggak kerja, saya mau ngelanjutin lah. Kali-kali ada yang butuh dan beberapa orang message me about this kitchen. So here it is...

Ini post pertamanya, yah.
Setelah mikar-mikir, kami sebenernya udah deal sam 1 vendor. Tapi pas lagi proses desain, ada beberapa hal yang si vendor ini enggak bisa penuhin. Mungkin hal-hal sepele untuk beberapa orang. Misalnya, kaca cabinet atas. Si vendor ini bilang enggak bisa bikin kaca kotak-kotak karena bakal berat.


Kabinet kaca yang enggak bisa dibikin sama vendor pertama. Can you imagine kalau itu enggak kaca? Kurang cantik, yes?

Kalau ngomongin fungsi, emang enggak segitu pentingnya sih kacanya kotak-kotak kecil atau enggak ada kaca. Toh yang punya dapur pasti tahu kan isi kabinetnya apa. Tapi buat saya agak gengges. Lha saya bayar belasan juta, trus jadinya enggak 100 persen sesuai, rasanya gimana gitu. Beda sama, misalnya, waktu saya beli jam tangan anak Miniso Rp 50.000 buat Zedd. Baru dipakai seminggu trus rusak. Yaudin, lha harganya segitu.

Apalagi itu ngerusak look yang pengen saya capai kan. Bayangin kabinetnya jadi enggak ada kaca. Aneh kan?

Trus vendor ini ngilang gitu aja. Hahahahaha… untung belum dp atau apa gitu.

Back to Ichigo Idea
Akhirnya kami memutuskan pake Ichigo. Karena emang mampunya pake itu. Not to mention, dapur yang saya pengen itu ada di portfolio kitchen set Ichigo. Jadi gampang kan. Tinggal screen shot foto dari IG Ichigo Idea trus dikirim lagi ke si Ichigo.

Ngontaknya emang agak susah karena slow respon. Di proses ini, jadi pasangan Popo belasan tahun ternyata membuahkan hasil. Saya jadi sabar and woles aja, walaupun proses bikin kitchen set ini jadi lama banget. Buat yang butuh cepet atau gampang deg-degan, mungkin ada baiknya dipersiapkan dulu. Eyang and Sipa aja sampe komen, eh ini belum jadi juga kitchen set-nya? Mesem aja saya sih. Proses dari mulai desain sampe bikin itu, sekitar 3-4 bulan.

Masalah kenapa lama? Enggak ada alasan lain kecuali Ichigo banyak orderan dan kami yang perfeksionis. Jadi proses kirim desain-edit desain itu jadi lebih lama. Kecuali emang kliennya langsung oke-oke aja sama desainnya, ya. Proses bikin juga enggak cepet, apalagi kami pakai finishing duco yang harus dijemur. Jadi kalau hujan, ya mundur lah.

Kitchen Set Impian
Seperti udah dibahas di post sebelumnya, kitchen set saya ini harus.
  • -          Putih
  • -          Kabinet atas kaca kotak-kotak kecil
  • -          White marble table top
  • -          Subway tile backsplash
  • -            Lebar cabinet bawah HARUS 50cm.

And this is the result.



Review Ichigo Idea

Overall I’m happy with Ichigo Idea services. Berikut plus minusnya, ya.

(+) They listen. Enggak kayak beberapa vendor yang menolak bikin cabinet lebar 50 cm, atau enggak bisa masang kaca di cabinet atas, Ichigo ini bener-bener ngikutin apa mau kami.

Soal marmer putih, Ichigo sebatas ngingetin kalo itu enggak recommended, karena cepet kotor. Tapi kami ngeyel dan mereka fine-fine aja. Jadinya memang butek sih. Buat yang mau  pake white marble, siap-siap marbel nya jadi gini, ya...

Yang kiri mulai jadi abu-abu karena dipakai masak. Yang kanan saya tutup lap anduk buat tempat tadah abis cuci piring.


Oiya, saya juga minta jarak kabinet bawah dan atas agak panjang. Konsekuensinya saya susah menggapai kabinet atas. Yaaaaa, memang harus ada yang dikorbankan. Saya beli tangga lipat kecil dari Ace Hardware buat ambil-taruh barang di atas, atau minta tolong Popo. Thank God he’s tall.

Tangga pas posisi dibuka

Tangga pas posisi dilipat. So small.


Mereka juga nurut waktu kami request kompor diputer 90 derajat dan request pasang lampu di kabinet atas.

Kompor setelah diputer 90 derajat.


-       (-)Minusnya, walaupun semua itu dicatat dan digambar, enggak mesti nyampenya sama lho. Kayak kabinet bawah yang udah kami order lebar 50 cm, eh pas nyampe, tetep 60 cm. Huhuhu…

(+) Good after service. Inilah yang menyelamatkan dapur saya. Ichigo tetep mau benerin kabinet itu. Jadi kabinet bawah itu dipotong semua di apartemen saya. Begitu juga top table marmernya. Hahahaha. Debunya jangan ditanya.

Enggak cuma Ichigo Idea yang bikin salah, kami juga. Dengan dodolnya, kabinet dibikin buka tutup semua, bukan sistem laci yang bisa ditumpuk-tumpuk.  Ya banyak yang enggak bisa masuk dong, karena space vertical kebuang.

Jadi foto di bawah ini setelah dibenerin, ada kabinet buka tutup di kiri dan laci di kanan. Sebelumnya semua kabinet itu buka tutup.



Trus, saya lupa pas masih proses masang atau pas udah kami pakai 1-2 hari, kami minta rombak kabinet itu. Konsekuensi nambah biaya, dan kami enggak masalah. Kami enggak mau karena luput sedikit, dapur jadi enggak kepakai maksimal. Keep in mind we live in a very small apartment, jadi space kebuang ini sayang banget. Kami minta ganti kabinet buka tutup itu jadi kabinet dengan 3 laci, jadinya begini:

Sistem laci kayak gini lebih memaksimalkan space vertikal. Cocok buat apartemen mini,


Ada beberapa miskom lagi yang akhirnya dibenerin walaupun agak lama, as per usual. Tapi ini dibenerinnya setelah kitchen set jadi, lho. I respect Ichigo for this, karena sebenarnya mereka bisa aja nolak. Wong ya udah dibayar, kok. Biaya tambahan-tambahan ini juga di-charge belakangan.

Oiya, kami, lebih tepatnya Popo, komplain dan minta tambahan-tambahan ini enggak pake marah-marah ya. Not his style. Dan lancar aja. Either Ichigo emang baek, atau si Bapak Popo ini charming banget even through whatsapp chat. Or both, Ichigo and Popo just had great chemistry.

-        (-)Those tiny details. Kalau dilihat dari jauh dapur saya keliatan baik-baik aja. Emang iya. Tapi ada beberapa detil yang enggak oke. Contohnya meja makan yang bisa ditarik ini. Enggak ada yang ngasi tahu kalau cat duco enggak tahan sama panas dan noda makanan, jadi permukaan meja saya kasar and rusak. But it can be fixed easily with contact paper sih.


Sebelum dilapisi contact paper

Setelah dilapisi contact paper.


Struktur meja juga agak meragukan ya. Ichigo udah jelasin alasannya: emang space buat meja itu tipis karena kami minta kabinet yang bisa ditutup di bawahnya. Bingung? Semoga potonya menjelaskan deh.





Buat yang ini, kami enggak ribet minta ganti atau apa. Karena ya emang enggak bisa diapa-apain. Paling kami akan minta bantuan lagi, kalau emang meja ini ambruk. But so far so good. Asal jangan ngulek aja di atasnya. Hahaha…

So that is our teeny tiny kitchen. I'm pretty happy with this kitchen. It's functional and pretty, and it fits out tiny apartment.


Update Maret 2020,
Akhirnya meja tipis itu mulai enggak mampu. Udah hampir patah. Paksu coba hubungi Ichigo buat minta dibenerin, tapi enggak dibales. Trus sekarang kami bingung mau bawa ke mana, karena enggak ada kenalan tukang kayu. Ada ide? 

Ini sementara di bor sederhana sama paksu, tapi dia bilang ini bakal patah lagi. Jadi emang harus dibawa ke tukang kayu yang kami enggak tahu di mana.

Ada skrup-skrup enggak cakep buat nahan meja supaya enggak patah. Ini juga cuma bertahan sementara sampe kami dapet tukang kayu. 








Tuesday, April 10, 2018

Pengalaman Potty Training 2: Tanpa Progress


Dear Zedd, I love you so much, but this one is just so so hard.

Tulisan ini mungkin akan dihapus setelah Zedd mulai bisa buka and baca internet. But for now, let Mami shares this frustration.

Udah setahun dari target lepas popok Zedd dan… masih gagal. Hahaha… *ketawa sambil nangis di pojokan.* Padahal udah berharap pengeluaran popok bakal berhenti di tahun lalu. Tapi apa mau dikata.

Lanjut dari postingan yang ini, saya sempat maju mundur buat potty training lagi, karena emang dibutuhkan komitmen yang gede. Mulai dari siap ngepel, siap rumah bau pipis, siap bangun malem-malem, dan masih banyak lagi.
Selain soal komitmen, beberapa orang emang bilang kalau anak cowok sedikit lebih lambat dibanding anak cewek. Sexist banget yak? But even some studies mentioned the same thing. Ini beberapa link artikel yang menyebutkan soal hal itu, dari Baby Center, Baby Center lagi, and Huffington Post.

Saya juga pernah baca hasil penelitian yang menunjukkan kalau otak anak cowok berkembang lebih lambat, tapi nanti pas udah lebih gede, bisa disalip tuh perkembangan otaknya. But for baby and toddler’s period, cewek lebih cepet lah. Karena itu, yaudin, saya santai.


Going Commando
Sampai awal tahun 2018 ini saya tiba-tiba bertekad lagi. Kali ini saya pakai metode yang berbeda dari sebelumnya. Awal potty training, seperti di post sebelumnya, saya pakai sistem tatur. Karena enggak ngefek, saya pakai sistem ‘going comando’ alias enggak pakai celana/popok. Ini saya ambil dari beberapa YouTuber kayak Kate Schwanke sama Anggie dari This Gathered Nest. Anggie ini keren sih, soalnya anaknya 7 bok! Sempet potty training anaknya yang kecil-kecil sambil ngurus yang gedean.

Sekitar 1-2 bulan di pertengahan 2017 kami ngabisin weekend dan long weekend di rumah doank karena toilet training dengan cara ya lepas aja popoknya. Harus di rumah, karena enggak mungkin enggak pakai popok di jalan, mobil, atau di mall. Ntar semua-mua tambah bau pipis. Popo sampe kangen mall.

Kami juga mengamankan rumah dengan cara gulung karpet dan nyiaoin matras anti air. Jadi Zedd main + tidur di ruang tengah tanpa popok. Ternyata cara ini enggak ngefek banyak. Minusnya:
  • -    Apartemen jadi bau pipis. Kami tinggal di apartemen mini yang ruang makan, dapur, keluarga, tamu, semua jadi satu. Jadi baunya ya kemana-mana.
  • -    Zedd enggak bisa tidur siang di kasur karena takut kamar tidur juga bau ompol, jadi bobonya di matras yoga Ikea yang ijo itu lho. Kasian… ☹
  • -     Capek ngepel. Pelnya juga bau pipis kali ya?

Progressnya pun enggak banyak. Dia cuma tahu kalau ke kamar mandi itu harus pipis. Bukan pipis itu harus di kamar mandi. Hahaha…Dia juga tahu pipis itu apa. Jadi seringnya abis ngucur, baru deh dia bilang. Halah…

Lelah dan kangen weekend tanpa ompol, kami pun rehat sampai akhirnya udah tahun baru 2018 aja. Hwahahaha…

New Spirit in 2018
Nah, tahun 2018 ini saya coba pendekatan yang agak beda. Saya coba lepas popok, tapi enggak perlu nunggu weekend. Saya nyopotnya tiap hari!! Jeng Jeng!!!! Karena waktu itu masih kerja, jadi lepas popok-nya malem and pagi. Persiapannya:
-    
  •       Mulai menggunakan tempat tidur Ikea Sundvik yang selama ini cuma jadi gantinya keranjang.
  •       Si Sundvik dikasi perlak meteran di atasnya, baru ditutup sprei anti ompol.
  • -     Karena Popo ngeluh bau ompol, saya sedia tisu banyak (so sorry Mother Earth). Jadi ompol dilap dulu sebelum dipel. Mayan ngefek sih.
  • -     Karpet di ruang tengah dialasi perlak.
  • -     Zedd enggak boleh naik kasur atau sofa, cuma boleh di lantai atau di atas kasurnya (Si Sundvik).

Tempat tidur Zedd dan sprei anti-ompolnya.


Saya pun pindah tidur ke si Sundvik bareng Zedd. Yes, this small bed is strong enough for both me and Zedd. Bahkan muat buat Popo and Zedd.

Ini buktinya. Asal kuat nekuk-nekuk aja. Sundvik-nya sih enggak jebol Insya Allah.


Ternyata cara ini juga enggak bertahan lama, karena saya pegel. Sundvik-nya masih pendek, jadi saya tidur di situ nekuk. Kalau malam, saya coba pindah ke kasur besar, eh Zedd minta ikut. Pernah minta gantian sama Popo, Zedd enggak mau dikelonin bapaknya, maunya sama saya.

Sebenarnya, Sundvik ini bisa dipanjangin jadi ukuran bed normal. Tapi, seperti dilihat di poto, mentok ke dresser-nya Zedd. Anyway, karena badan jadi pegel-pegel, kami ngubah pola tidur. Sekarang kami udah enggak peduli lagi kasur bau ompol, yang penting sukses toilet training deh. Perubahan yang terjadi:
  • -     Kembali hijrah ke kasur besar. Kasi sprei, terus atasnya kasi perlak besar. Perlak di atas kasur itu gerak-gerak, tapi yauda, gimana lagi. Sering-sering dibenerin aja. Selama lepas popok ini, cucian jadi banyak. Zedd sering ngompol malem-malem. Terus baju celana singlet basah semua. Karena dia tidur nempel saya, daster saya juga ikutan basah. Trus karena takut Zedd masuk angin dan bau ompol, saya jadi sering mandiin Zedd malem-malem. Kasian sih. Tapi I really didn’t know what else to do.
Kalo udah ada saya, Zedd, and Popo, jangan ditanya hancurnya kaya apa. 


Ternyata cara ini ngefek. Sekitar semingguan Zedd mulai nglilir kalau mau pipis. Trus dia bisa nahan sampe saya angkat ke kamar mandi dan pipis. Saya jadi ngeh. Jangan-jangan selama ini dia nglilir itu karena pipis? Ada kalanya juga saya enggak kasi susu waktu malem dan bobonya jadi pules dan lamaaaa banget. Masalah susu, saya enggak begitu khawatir sih. Karena saya penganut aliran: susu itu tambahan nutrisi. Panduan makan terbaru juga enggak mewajibkan susu, CMIIW.

Sayangnya Zedd justru susah banget lepas popok di siang hari. Pas masa ini juga ibu daycare udah mulai bantu tatur. Saya juga makin rajin ngepel. Hahahaha…

Progress di malam hari ini enggak bertahan lama karena Zedd mulai bolak balik Jogja-Jakarta. Saya enggak mungkin minta eyang-eyangnya buat toilet training, karena saya aja udah ngerepotin dengan nitipin Zedd ke Jogja.

Dan itulan ending part 2. Rencana saya mau toilet training lagi Senin besok. Masih dengan teknik yang sama. Ya lepas aja popoknya.

Oiya, saya selalu muji kalau dia berhasil pipis dan poop pada tempatnya. Dia juga happy dan ikut tepuk tangan. Tapi emang masih belum berhasil.

Continued to part 3.

p.s. A glimpse of our bedroom.


Tentang Bawa Keluarga ke Belanda dengan beasiswa LPDP

  Udah hampir balik, malah baru update soal berangkat. Hehehehe…. Nasib mamak 2 anak tanpa ART ya gini deh, sok sibuk. But here I am, nulis ...