Tuesday, July 24, 2012





That’s me and Sipa. Yes we wore jeans. We already in Jeddah at that time. According to my Guide, Jeddah is more ‘international’. So it is okay to wear jeans and tight shirts. Apparently it also okay to not wear veil. Anywho we were at Red Sea, or at least the south part of it. Well the sea is not red for sure…. 





That’s me in Al Haram. Masjidil Haram is the mosque where the Ka'aba located. It’s huge and awesome. I spent my whole life looking at Ka'aba on picture and tv, yet I always pray towards it. So there it is, behind me. I was not allowed to take DSLR camera into the mosque so this was take using Sipa’s Iphone.

Mempertanyakan Bisnis Baju Muslim.

Apa sih sebenarnya definisi dari baju muslim? Kalau di googling ‘baju muslim’, hasil yang keluar berkisar sekitar online shopping. Di wiki juga enggak ketemu. Pada akhirnya dari berbagai sumber tak terpercaya (baca: blog, random websites) yang saya dapat, definisi busana adalah segala sesuatu yang menempel di badan dan definisi Muslim sepengetahuan saya ya orang yang beragama Islam. Jadi versi bego-begoan saya, baju muslim itu segala sesuatu menempel di badan yang sesuai syariat agama Islam. Lucunya lagi, entah kenapa kok baju muslim atau busana muslim identik sama cewek yah? Kok enggak baju muslimah? Terus kenapa juga baju muslim cowok jadi baju koko? Halah malah mbleber….


Jadi kenapa topik ini? Ini berawal dari niat kami sekeluarga buat pergi umroh. Perjalanan religius ini memakan waktu 9 hari di middle east sono. And it hit me, saya tidak punya cukup baju buat 9 hari. Oke, saya ngaku, saya bahkan enggak punya 1 pun baju yang pantas dipakai disana. Waktu saya buka lemari, isinya jeans, tank top, shorts, t-shirt, mengumbar aurat semua deh. Giliran ada yang lengan panjang, eh ketat juga. Alamat bakal ditangkep askar….hiiiii emoh!!!


Yah mau gimana lagi? Saya memang enggak pernah pakai baju muslim pas lebaran, enggak tahu kenapa. Sementara kalau ada pengajian biasanya pake baju lengan panjang plus jeans atau rok panjang. Tapi ya itu tadi, baju lengan panjang dicoret karena menurut cerita orang-orang yang pernah kesana baju enggak boleh ketat. Terus apa kabar sama rok panjang? Itu juga dicoret karena rok panjang saya either warna neon atau penuh pattern dan disana juga katanya enggak boleh terlalu mencolok. Ealah….


Di tempat lain, lebih tepatnya seberang meja belajar saya, Sipa juga ternyata enggak punya cukup baju muslim. Ternyata kuliah di universitas Islam tidak membuat si adek punya baju muslim yang proper buat umroh. Baju-baju kuliahnya enggak jauh beda sama “baju muslim saya”, lengan panjang ketat dan skinny jeans. Dan yang paling penting, kita belum punya baju ihram.


Jadilah kami kakak beradik hunting baju muslim. Dari berbagai sumber kami menyimpulkan baju yang kami cari itu baju+celana yang warnanya enggak mencolok, sukur-sukur putih, lengan panjang, enggak ketat, enggak transparan. Hhhhooo…. tiba-tiba kami jadi merasa mendapat definisi sebenarnya dari baju muslim. Ehehehe….


Berangkatlah kami ke satu jalan di kota pelajar ini yang punya beberapa gerai baju muslim. Sampai sana kita bengong donk. And it’s not in a good way. SUSAH BANGET NYARINYA!! Baju yang kita lihat itu enggak ada yang memenuhi syarat. Ada yang enggak ketat, tapi panjang lengannya ¾. Ada rok panjang, tapi warnanya neon plus rame banget polanya. Ada baju ihram, alias baju putih panjang, tapi tetep sedikit membentuk badan dan TRANSPARAN SODARA!!! Ada baju-baju daleman satu warna. Biasanya sih dipakai di kayak singlet, jadi bisa buat pakai baju lengan pendek tapi lengan tetap tertutup. Dan baju daleman itu ketat… -__-“ Bisa sih beli baju itu terus beli baju transparan yang saya lihat sebelumnya, tapi suhu di Arab sana katanya sampai 50 derajat. Pakai baju dobel-dobel sungguh bukan merupakan sebuah opsi. Sekarang sih saya tahu, mau pakai bikini atau baju dobel keringetnya tetep sama, tapi waktu belanja ini saya kan belum tahu. 


Despite all the odds, saya dan Sipa pulang membawa satu tas belanjaan berukuran… yah mayan lah. Kami berhasil menemukan beberapa baju enggak ketat dan enggak transparan, tapi berwarna. Kami kembaran loh…. Saking sedikitnya model baju yang kombor-kombor plus tebel itu. Kami juga menemukan baju ihram putih yang enggak tembus pandang….. di toko lain. 


Pulang dari belanja saya dan Sipa jadi diskusi, kok susah yah cari baju enggak ketat, enggak transparan, dan satu warna? Padahal itu bukannya simple? Kami jadi mempertanyakan bisnis baju muslim. Bukannya saya menolak hijab fashion atau sejenisnya loh. Itu sih justru jadi inspirasi saya di masa depan (Amin…). Tapi kenapa ketika mau mencari perlengkapan umroh jadi susah? Apa baju muslim untuk di Arab harus beda toko sama baju muslim pada umumnya? Atau memang saya yang enggak bisa nyarinya?

On A Phone In A Hotel In Jeddah.

Tentang Bawa Keluarga ke Belanda dengan beasiswa LPDP

  Udah hampir balik, malah baru update soal berangkat. Hehehehe…. Nasib mamak 2 anak tanpa ART ya gini deh, sok sibuk. But here I am, nulis ...