Sunday, November 27, 2011

Hari yang membingungkan

Kemarin hari saya dimulai dengan….. well, buruk. Sedikit ironis sebenarnya, karena kemarin pagi itu exam terakhir dan subjeknya yang saya paling suka. Saya sudah membayangkan habis exam bakal hura-hura. Apalagi sahabat saya mengundang saya (lebih tepatnya saya maksa dia ngundang :p) ke Marina Bay Sands, hotel paling happening di Singapore sekarang.


Jadilah saya sudah merencanakan dengan sempurna. Pagi hari exam, siangnya dihabiskan dengan tidur, sorenya saya berangkat ke MBS, berenang di kolam renang infinitive-nya, poto-poto, pulang, ditutup dengan skype dating sama Popo. 


Namanya manusia, begitu berencana, kok malah kacau? Exam saya berantakan dan untuk yang satu ini saya males elaborate. Jadi tidur siang juga tidak nyenyak, kepikiran sama exam yang berantakan itu. Sorenya saya siap-siap, saya bawa baju ganti, cek batre kamera (penuh), trus cap cuss lah saya ke MBS. 


Di MBS, saya dijemput sama Soo, tetangga saya di PGPR. Jadi ceritanya mama nya Soo datang menengok, karena, sama seperti saya, program exchange Soo akan berakhir pada bulan Desember dan dia akan kembali ke Illinois. Sebelum programnya kelar, si tante pengen liat gitu deh. Dan ternyata Soo itu tajir abis. Dia dan mamanya menginap di MBS jadi mereka bisa berenang di infinitive pool yang (konon) tersohor. 


Sudah siap dengan baju renang, saya langsung mengeluarkan kamera saya. Tadi di asrama, saya sudah cek baterainya, jadi aman lah. Dan ternyata………… saya lupa bawa mmc *gubrak*. Wah benar-benar anti-klimaks. FYI, Soo juga tidak punya kamera, kecuali di ipod, dia memang bukan tipe orang yang ambil pusing soal foto. Jadilah foto-foto di MBS yang seharusnya bersejarah, jadi foto-foto dengan kualitas foto hp.


Setelah berenang ternyata si Tante nraktir saya makan. Wah sebagai mahasiswa yang pas-pasan, siapa yang bisa nolak. Alasan lain tentunya karena enggak sopan. Lha, udah diundang. Dan ternyata….. makannya di MBS. Omigot….. makan di hotel berbintang kan mahal banget. Dari situ saya baru sadar, ternyata dia emang tajir abis, cuma emang orangnya sederhana, jadi enggak keliatan.


Jadilah kita makan malam di salah satu fine dining restoran yang ada di lantai 57 (ternyata ada banyak restoran). Wah baru kali itu saya makan makanan sampe terharu. Penampilannya cantik banget, sampai enggak tega buat makan. Jujur baru kali itu saya melihat makanan secantik itu di luar acara master chef #ndeso.


Dan baru di situ juga saya menyadari the art of food. Selama ini saya selalu berpendapat kalau makanan mahal itu hambar, lebih enak makanan kaki lima yang lebih ‘sedep’. Paling enggak itu yang saya rasakan setiap saya sarapan di hotel dan waktu Popo ngasi surprise dinner di hotel bintang 4 di Yogya waktu anniversary kita yang ke….6 apa 7 yah? (Kalau sudah pacaran kelamaan, kadang lupa saking banyaknya anniversary). Bahkan waktu saya dan teman-teman sasing ikut kelas tata cara makan di hotel (yang juga) bintang 4, rasa makanannya hambar.


Tapi ternyata saya salah, makanan yang saya nikmati malam itu makanan hotel, tapi enaknya bikin terharu. Ternyata daging mentah itu kalau diolah dengan baik itu rasanya enggak amis. Ternyata steak yang medium-rare itu masuk akal (saya dulu berpikir, buat apa sih makan steak setengah mateng, kan atos?). Ternyata scallop itu bentuknya beda sama sate kerang.


Dan masih banyak ternyata-ternyata lain yang bikin saya bengong. Untungnya saya pernah ikut kelas cara makan itu, jadinya enggak malu-maluin banget. Saya juga pertama kali nyobain yang namanya champagne, sebenarnya sih saya enggak boleh minum alkohol, tapi karena si Tante minta, dan demi alasan kesopanan, saya minum deh. Kesan saya; enggak enak, pahit, panas.


Sayangnya semua memori itu cuma terekam di kamera hp. Pada akhirnya ini semua benar-benar pengalaman yang menyenangkan buat orang yang datang dari kota kecil seperti saya. Bersyukurnya saya cukup beruntung untuk mengalami semua itu gratis, thx to sahabat saya Soo.


n.b: setelah ditimbang-ditimbang, saya memutuskan buat menulis ini dalam bahasa dan bukan bahasa Inggris. Daripada dibaca teman saya yang dari luar, trus mereka ngakak. Sudah cukup beberapa dari mereka mengira tidak ada jalan raya di Indonesia. Bule…. 

No comments:

Post a Comment

Tentang Bawa Keluarga ke Belanda dengan beasiswa LPDP

  Udah hampir balik, malah baru update soal berangkat. Hehehehe…. Nasib mamak 2 anak tanpa ART ya gini deh, sok sibuk. But here I am, nulis ...