Udah hampir balik, malah baru update soal berangkat. Hehehehe…. Nasib mamak 2 anak tanpa ART ya gini deh, sok sibuk. But here I am, nulis soal berangkat ke Belanda, nemenin suami yang s2.
Lho fotonya kok di Budapest? |
Latar belakang nulis ini adalah saya merasakan sendiri agak sulit googling info spesifik tentang proses bawa keluarga ke Belanda, biaya hidup di Belanda, dan sejenisnya. Sama sulitnya kayak nyari free ongkir di marketplace, nyempil-nyempil. Jadi saya coba tambahin info yah.
Mari kita mulai dari bagian yang paling penting, LAKUKAN alias DO IT alias money. Hehehehee…. Beasiswa paporit sejuta umat ini sayangnya tidak memberikan jatah budget untuk keluarga bagi mahasiswa s2. Buat s3, ada tambahan uang untuk keluarga yang baru keluar di tahun kedua.
Disclaimer: saya istri dari penerima beasiswa s2. Bukan s3, bukan juga yang dapet beasiswa, apalagi yang ngasi duit. Jadi plis recheck lagi info-info di sini ya!
Oke balik lagi ke duit. To the point aja, ini masalah paling gede dan masalah utama buat bawa keluarga ke Belanda. Sayangnya mahasiswa s2 enggak boleh kerja, begitu juga yang ngekor sama si penerima beasiswa, alias saya. Ini tertulis di visa saya, enggak boleh kerja.
Apa ada cara buat cari itu dooit selain dari beasiswa? Yaaahhh sesuai kata orang dulu, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Perkara jalannya di jalan yang bener atau di pinggir jurang, itu masalah lain ya. Pokoknya yang tertulis di aturan beasiswa dan visa saya sebagai istri nebeng, enggak boleh kerja. Untuk kesekian kali, ini untuk s2 ya. S3 aturannya agak beda, setau saya.
Mau enggak mau, kami siapin dana sendiri. Sayangnya perhitungan kami juga sedikit meleset. Ini daftar yang bikin meleset.
- Biaya sewa rumah lebih tinggi dari perkiraan. Kami pikir biaya sewa rumah itu antara 900an euro, ternyata di atas 1000. Enggak cuma itu, rumahnya rebutan. Di sini housing kurang, terutama buat keluarga mahasiswa. Mahasiswa atau individual lebih gampang carinya karena ada asrama atau shared places gitu. Saran saya, segera cari rumah pas udah fix dapet beasiswa. Antri rumah ke senior-senior yang udah di Belanda duluan.
- Biaya asuransi juga lebih mahal dari perkiraan. Asuransi suami tercover beasiswa, tapi keluarganya enggak (lagi-lagi karena s2, bukan s3). Ini mayan juga nominalnya.
- Subsidi enggak semudah teorinya. Tadinya saya pikir bakal dapat subsidi rumah, subsidi sosial, dan teman-temannya. Ternyata enggak bisa. Penjelasannya cukup rumit, tapi saran saya kalau mau aman, hitung biaya hidup tanpa subsidi.
- Pajak-pajak tahunan yang enggak kepikiran. Yang saya inget banget itu pajak sampah tahunan yang sejumlah 500 euro. Huks…
Diluar masalah duit ini, hal-hal lainnya cukup mudah. Belanda in general negara ramah, orangnya baek-baek. Visa saya dan krucils cukup mudah. Begitu juga proses ngubah visa itu jadi ktp sini.
Sekolah apa lagi. Lebih ribet daftar member per-oil2-an deh. Di sini daftar sekolah cuma email, datang isi form, trus besoknya masuk. Pihak sekolah ramah banget, welcome banget, rasanya kayak bayar sekolahnya Rafathar, padahal mah gratis.
Ada sih biaya tahunan 50 euro, itu juga lamaaaaa bener ditagihnya. Itu itungannya murah banget, lha tiket masuk kebun binatang aja 20 euro. Biayanya itu dipake buat kegiatan anak-anak juga kok.
And we’re done!
Good luck buat yang mau nemenin pasangannya ke Belanda. You’re in for a wonderful ride.
Hope this post helps.